Minggu, 17 Maret 2013

16 maret 2013

Hari ini tanggal 16 maret 2013 adalah hari ulangtahun sahabatku dari SD yaitu syarifa fajar fitriya. selamat ulang tahun yang ke-21 ipeh. semoga sehat selalu, sukses menjadi ibu muda, sukses dalam keluarga, sukses menjadi istri yaaaa.....amin amin amin
semoga kamu selalu bahagia dengan kehidupan kamu sekarang, punya keluarga kecil yang bahagia selalu, semoga kamu selalu dilimpahkan rizki dan berkah dari Allah SWT.
amin amin amin ya robal alamin.



aku tidak akan lupa sama ulang tahun kamu.
SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE-21
"SYARIFAH FAJAR FITRIYAH"
#kiss and hugs

Sabtu, 16 Maret 2013

KARYA TULIS

TUGAS 3
BAHASA INDONESIA 2 #


A.     PENGERTIAN KARYA TULIS
Terdapat beberapa pengertian tentang karya tulis, yakni;
1.    Salah satu media komunikasi tertulis adalah karangan atau karena terbentuk tulisan maka dinamakan karya tulis. Setiap gagasan yang diungkapkan ke dalam bentuk tulisan dinamakan karya tulis.
2.    Karya tulis adalah karangan yang mengetengahkan hasil pikiran, hasil pengamatan, tinjauan dalam bidang tertentu yang disusun secara sistematis. Karya tulis juga dapat dikatakan tulisan yang membahas masalah tertentu berdasarkan pengamatan secara
sistematis dan terarah.
B.     JENIS-JENIS KARYA TULIS

1.      KARYA TULIS ILMIAH
A.    PENGERTIAN KARYA TULIS ILMIAH
Karya tulis ilmiah dapat didefinisikan sebagai laporan tertulis tentang (hasil) suatu kegiatan ilmiah. Definisi yang lebih kompleks dapat dikemukakan bahwa pengertian karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu masalah berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang didapat dari suatu penelitian, baik penelitian lapangan, tes laboratorium, ataupun kajian pustaka yang didasarkan pada pemikiran (metode) ilmiah yang logis dan empiris.
Menurut Brotowidjoyo karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya.
(Susilo, M. Eko, 1995:11).
Karya ilmiah biasanya ditulis untuk mencari sebuah jawaban mengenai sesuatu hal yang di teliti dan untuk membuktikan kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan tersebut. Biasanya tulisan ilmiah sering mengangkat tema seputar hal-hal yang baru (aktual) dan belum pernah ditulis oleh orang lain agar terlihat beda dan terkesan baik.
Karya tulis ilmiah dapat dipilah dalam dua kelompok yaitu: (a) karya tulis ilmiah yang merupakan laporan hasil pengkajian/penelitian, dan (b) karya tulis ilmiah yang berupa tinjauan/ulasan/gagasan ilmiah. Meskipun keduanya berbeda, namun sebagai tulisan yang bersifat ilmiah terdapat beberapa ciri yang menunjukkan kesamaan antara lain:Contoh karya tulis ilmiah dan pengertian karya ilmiah
1.   hal yang dipermasalahkan berada pada kawasan pengetahuan
     keilmuan
2.   kebenaran isinya mengacu kepada kebenaran ilmiah
3.   kerangka sajiannya mencerminan penerapan metode ilmiah
4.   tampilan fisiknya sesuai dengan tata cara penulisan karya

B.    TUJUAN KARYA ILMIAH
1)     Memberi penjelasan
2)     Memberi komentar atau penilaian
3)     Memberi saran
4)     Menyampaikan sanggahan
5)     Membuktikan hipotesa

C.    MANFAAT  KARYA ILMIAH
1)     Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;
2)     Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;
3)     Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan
4)     Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis.
5)     Memperoleh kepuasan intelektual
6)     Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan
7)     Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya

D.    CIRI-CIRI KARYA TULIS ILMIAH
1)     Menyajikan fakta obyektif secara sistematis
2)     Penulisannya cermat, tepat, dan benar serta tulus.
3)     Tidak mengejar keuntungan pribadi, yaitu tidak berambisi agar pembaca berpihak kepadanya
4)     Sistematis, terkendali, konseptual, dan procedural
5)     Tidak emotif (tidak menonjolkan perasaan)
6)     Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa pendukung (kecuali hipotesis kerja)
7)     Memuat kebenaran-kebenaran
8)     Tidak argumentative
9)     Tidak persuasif
10) Tidak melebih-lebihkan sesuatu.

E.     Hal-hal yang harus ada dalam karya ilmiah antara lain :
1)     Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat pikiran dan alur pikiran.
2)     Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada bangun pikir dengan unsur-unsur yang menyangganya.
3)     Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan notasi.
4)     Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur: kata, angka, tabel, dan gambar, yang tersusun mendukung alur pikir yang teratur.
5)     Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan asas-asas yang terkandung dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan kaidah-kaidah kebahasaan.
6)     Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi (alasan).

F.     PRINSIP KARYA TULIS ILMIAH
1)     Spesifik
2)     Berkesinambungan
3)     Bernas (bahasa)
4)     Koherens
5)     Memiliki daya tarik
6)     Jujur


G.    Sifat Karya Ilmiah Formal Harus Memenuhi Syarat:
1)     Lugas dan Tidak Emosional
Mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang lain).
2)     Logis
Disusun berdasarkan urutan yang konsisten
3)     Efektif
Satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan.
4)     Efisien
Hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami
5)     Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.

H.    CONTOH KARYA TULIS ILMIAH
1)     Tinjauan buku
2)     Makalah pemikiran
3)     Laporan analisis
4)     Makalah pendirian
5)     Makalah opini
6)     Laporan eksekutif
7)     Kertas kerja
8)     Makalah proyek
9)     Laporan Kegiatan
10) Laporan Kepustakaan
11) Rekaman Fakta
12) Makalah Ilmiah
13) Risalah
14) Kolokium
15) Studi Kasus
16) Laporan Penelitian
17) Skripsi
18) Tesis
19) Disertasi



2.      KARYA TULIS NON ILMIAH
A.    PENGERTIAN KARYA TULIS NON ILMIAH
Karya tulis Non Ilmiah adalah karya tulis  ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya tulis non-ilmiah itu pun bervariasi bahan topiknya dan cara penyajiannya, tetapi isinya tidak didukung oleh fakta umum. Bahasanya mungkin kongkret atau abstrak, gaya bahasanya mungkin formal dan teknis, atau formal dan populer.
Karya tulis Non Ilmiah ditulis berdasar fakta pribadi yaitu fakta yang ada pada seseorang, misalnya fakta yang disimpulkan dari data hasil kuesioner atau data hasil wawancara, dan sebagainya. Fakta fakta itu sifatnya subyektif, berupa sesuatu yang dipikirkan responden atau penyimpul data. Oleh karena itu karya tulis  pengetahuan yang ditulis berdasar kuesioner atau hasil tes-tes lainnya (dalam pendidikan) adalah karya tulis yang bersifat non-ilmiah, meskipun subyeknya ilmu pengetahuan dan metode pengumpulan data direncanakan secara ilmiah, serta diproses menurut statistika.
Karangan non ilmiah merupakan istilah yang sudah sangat lazim diketahui orang dalam dunia tulis-menulis. Berkaitan dengan istilah ini, ada  juga sebagian ahli bahasa menyebutkan karya fiksi dan nonfiksi. Terlepas dari bervariasinya penamaan tersebut, hal yang sangat penting untuk diketahui adalah baik karya ilmiah maupun nonilmiah/fiksi dan nonfiksi atau apa pun namanya, kedua-keduanya memiliki perbedaan yang signifikan.

B.     CIRI-CIRI KARYA TULIS NON ILMIAH
1)      Non Teknis Konkrit : Informatif, bernada populer, imajinatif, dll
2)      Teknis Umum : Informatif,umum, tidak untuk kepentingan pribadi, masalah secara umum, tidak ada ajakan emosional, konkrit, dll
3)      Abstrak normal : Informatif, umum, non teknis,Tidak untuk kepentingan pribadi, populer, dll
4)      Spesifik Historis : Spesifik,sumber sejarah, bahasa dan susunan formal, dll
5)      Emotif : sedikit informasi, tidak sistematis, dll
6)      Persuasif : Cukup informatif, penilaian fakta tidak dengan bukti, bujukan untuk meyakinkan pembaca,dll
7)      Deskriptif : Informasi sebagian imajinatif dan subyektif,pendapat pribadi, nampaknya dapat dipercaya
8)      Kritik : Tanpa dukungan bukti :tidak memuat informasi spesifik, berprasangka menguntungkan, formal, dll

C.     SIFAT-SIFAT KARYA TULIS NON ILMIAH
1)      Emotif: kemewahan dan cinta lebih menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi.
2)      Persuasif: penilaian fakta tanpa bukti. Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan cukup informatif
3)      Deskriptif: pendapat pribadi, sebagian imajinatif dan subjektif.
4)      Jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.

D.    CONTOH KARYA TULIS NON ILMIAH
1)      Dongeng
2)      Cerpen
3)      Novel
4)      Drama
5)      Roman
6)      Anekdot
7)      Opini
8)      Hikayat

3.      KARYA TULIS POPULER
A.    PENGERTIAN KARYA TULIS ILMIAH POPULER
Karya imiah populer adalah karangan ilmiah yang berisi pembicaraan tentang ilmu pengetahuan dengan teknik penyajian yang sederhana mengenai hal–hal kehidupan sehari–hari.
Berbeda dengan artikel ilmiah, artikel ilmiah popular tidak terikat secara ketat dengan aturan penulisan ilmiah. Sebab, ditulis lebih bersifat umum, untuk konsumsi publik. Dinamakan ilmiah populer karena ditulis bukan untuk keperluan akademik tetapi dalam menjangkau pembaca khalayak. Karena itu aturan-aturan penulisan ilmiah tidak begitu ketat. Artikel ilmiah popular biasanya dimuat di surat kabar atau majalah. Artikel dibuat berdasarkan berpikir deduktif atau induktif, atau gabungan keduanya yang bisa ‘dibungkus’ dengan opini penulis.
Intinya adalah pengetahuan ilmiah yang disajikan dengan menggunakan bahasa yang lebih menarik dan mudah dipahami. Jika ingin membuat karya ilmiah popular idenya itu bias datang dari mana saja. Seperti dari Koran atau membaca buku, pengamatan terhadap fakta, fenomena social masyarakat.
Mengingat sasaran baca karya ilmiah populer adalah masyarakat umum, hampir tidak ada bentuk penyusunan karya ilmiah populer ini yang baku. Kebiasaan yang  dimilikinya selalu dimanfaatkan para penulis untuk membentuk teknis penulisan sendiri – sendiri.         
Sarana untuk mempublikasikan karya ini hampir tidak ada yang berdiri sendiri secara utuh. Biasanya dalam suatu media massa, karya ini dipadukan dengan karya tulis nonilmiah.

B.     KARAKTERISTIK KARYA ILMIAH POPULER
1)      Apabila pembaca artikel jurnal adalah profesional atau spesialis dalam suatu disiplin ilmu, maka pembaca karangan ilmiah populer adalah masyarakat umum, awam atau profesional dalam bidang lain.
2)      Apabila penulis artikel jurnal selain memberikan nama, lembaga akademik tempat ia bekerja serta kualifikasi akademiknya, maka penulis karangan ilmiah populer menuliskan nama tanpa informasi lain, kecuali dia adalah repoter.
3)      Apabila artikel jurnal ditulis dengan gaya tulis faktual dan “dingin” (tak-emosional) demi objektifitas, maka karangan ilmiah populer ditulis dengan gaya informal, anekdot, personal, serta menghibur.
4)      Apabila artikel jurnal ditulis dengan kalimat yang lebih kompleks dan relatif panjang serta penuh dengan istilah teknis, maka karangan ilmiah populer ditulis dengan kalimat-kalimat singkat dan sederhana serta mudah dibaca.
5)      Apabila artikel jurnal menyertakan kutipan, catatan kaki (footnotes) dan daftar pustaka agar materi yang ditulis dapat divalidasi, maka karangan ilmiah populer umumnya tidak meyertakan informasi-informasi tersebut.
6)      Apabila artikel jurnal lebih dipenuhi tulisan verbal dan sedikit tabel, maka karangan ilmiah populer seringkali dilengkapi dengan berbagai ilustrasi, gambar, foto, dll.
7)      Apabila kebenaran isi artikel jurnal dievaluasi melalui reviu oleh sejawat atau dewan pakar sebagai “referee”, maka pertanggungjawaban isi karangan ilmiah populer cukup diberikan oleh editor majalah.

C.     SYARAT PENULISAN KARYA ILMIAH POPULER
1)      Mulai karangan dengan pendahuluan yang kreatif, yang mampu merangkul atau mencuri perhatian pembaca, serta mendorong pembaca untuk membaca bagian-bagian berikutnya. Lebih kreatif bagian pendahuluan, lebih besar peluang suatu karangan ilmiah populer dibaca tuntas pembacanya. Salah satu kekuatan karangan terletak pada bagian pendahuluan tersebut. Sementara itu bagian-bagian berikutnya perlu memuat kalimat-kalimat utama yang menjadi “point of interest” bagi pembaca. Kalimat-kalimat perlu dirangkai sehingga di samping memberikan kejelasan maknanya dan bekontribusi pada tema atikel, juga menyebabkan pembaca tertarik untuk membaca artikel sampai tuntas.
2)      Agar mudah dicerna pembaca secara lebih luas, karangan ilmiah populer hendaknya ditulis dengan panjang kalimat dan panjang paragraf yang sesuai pembaca dari berbagai lapisan masyarakat. Sebaiknya kalimat pada artikel ilmiah populer terdiri atas paling banyak 20 kata untuk meningkatkan keterbacaan untuk pembaca pada umumnya.
3)      Sekalipun penulis artikel ilmiah populer seorang iptekwan, tetapi hendaknya hindari penggunaan terlalu banyak istilah-istilah teknis. Pembaca majalah atau surat kabar tidak mempunyai tingkat pendidikan seperti penulis, hingga jangan menggunakan kata-kata yang tidak akan dimengerti. Bila suatu istilah tidak tergantikan oleh kata yang kurang teknis, hendaknya definisi perlu diberikan bersama istilah tersebut. Pemahaman terhadap isi artikel akan menyebabkan pembaca menyenangi apa yang dibacanya dan merasa nyaman dengan majalah atau surat kabar pemuatnya secara keseluruhan.
4)      Gunakan bahasa yang kolokial (informal) untuk mengembangkan “hubungan yang dekat” antara penulis dan pembaca. Buat pula agar pembaca merasa sedang berdialog secara sejajar dengan penulisnya, bukan sedang diajari oleh seorang pakar. Oleh karenanya dianjurkan untuk menggunakan lebih banyak kalimat aktif untuk menciptakan hubungan informal. (Catatan: Laporan ilmiah standar umumnya ditulis dengan kalimat pasif untuk menekankan obyektivitas). Tidak ada salahnya juga menyapa pembaca dengan “Anda” dan menyebut penulis dengan “Saya” agar hubungan antara penulis dan pembaca lebih dekat.
5)      Tingkatkan dimensi “human interest” dari artikel ilmiah populer yang ditulis, dengan cara memasukkan unsur ceritera, anekdot, dan humor pada artikel. Pada dasarnya manusia lebih tertarik tertarik pada ceritera tentang orang lain daripada obyek lainnya. Oleh karenanya memberikan sentuhan-sentuhan kemanusiaan pada karangan ilmiah populer dapat meningkatkan daya tarik artikel tersebut.
6)      Gunakan analogi dan metafora untuk memberikan penjelasan tentang sesuatu proses yang kompleks. Sertakan ilustrasi-ilustrasi bergambar (pictorial) untuk memperjelas, selingan, dan juga hiasan, seperti halnya foto (berwarna lebih menguntungkan), diagram, tabel, gambar, atau karikatur. Foto membantu memberikan paparan detail melalui gambar, sedangkan gambar umumnya atraktif bagi pembaca. Berikan deskripsi singkat tentang foto menyertai foto tersebut.
7)      Tiap paragraf harus terstruktur dengan cara yang sama. Paragraf harus mulai dengan kalimat topik, dan lalu diikuti oleh informasi yang berhubungan dengan topik dalam kalimat topik. Struktur kalimat perlu diperhatikan dalam menulis artikel
8)      Sistematika penulisan dapat berbagai macam, bergantung pada sifat materi yang dipaparkan. Dapat berupa urutan khronologis peristiwa-peristiwa, atau dapat pula menyajikan permasalahan yang diikuti dengan solusi-solusinya. Apapun pola pengembangan paparan yang dipilih, harus menunjukkan kelogisan paparan, sehingga mereka merasa nyaman ketika membaca artikel tersebut, serta mengerti apa yang dibacanya itu.
9)      Tutup artikel dengan sebuah rangkuman yang menjadi simpulan dari semua paparan. Penutup merupaan bagian akhir yang dibaca pembaca, yang akan membetuk impresi pembaca terhadap penjelasan atau persoalan yang diketengahkan. Penutup merupakan juga titik kekuatan artikel, sehingga perlu ditulis secara hati-hati.

D.    CIRI-CIRI KARYA TULIS ILMIAH POPULER
1)      Bahan                   : Menyajikan fakta objektif
2)      Penyajian              : Menggunakan bahasa yang cermat,tidak
terlalu formal tapi tetap taat asas, disusun   secara   sistematis; tidak memuat hipotesis.
3)      Sikap Penulis        : Tidak memancing pertanyaan – pertanyaan
yang meragukan, mengimbau perasaan pembaca agar   seolah – olah mereka menghindari sendiri.
4)      Penyimpulan        :Memberikan fakta bebicara sendiri
sekalipun didahului dengan membimbing dan mendorong   pembacanya untuk berpikir tentang aplikasi.

E.  Contoh karya tulis ilmiah populer yang biasanya termuat dalam majalah, koran, tabloid,dll antara lain :
1)      Artikel
2)      Feature
3)       Kritik
4)      Esai
5)      Resensi
6)      Editorial



REFERENSI :

PENALARAN DEDUKTIF


TUGAS 2

BAHASA INDONESIA 2 #



P
enalaran  adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Menurut Jujun Suriasumantri, Penalaran adalah suatu proses berfikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.Sebagai suatu kegiatan berfikir penalaran memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri pertama adalah proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut pola tertentu atau dengan kata lain menurut logika tertentu. Ciri yang kedua adalah sifat analitik dari proses berpikirnya. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari adanya suatu pola berpikir tertentu. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau fakta. Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan paham rasionalisme, sedangkan mereka yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran mengembangkan paham empirisme.

PENALARAN DEDUKTIF
Latar Belakang 
Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Pythagoras, dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi. Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat. 
Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif tengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum. 
Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umu. Dengan memikirakan fenomena bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerakIsaac Newton menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan Le Verrier menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik). 

Pengertian Penalaran Deduktif 
P
enalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif terebut dapat dimulai dai suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit. 

Macam – Macam Penalaran Deduktif 
a. Silogisme 
S
ilogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan. 
Contoh Silogisme: 
Semua manusia akan mati
Amin adalah manusia
Jadi, Amin akan mati (konklusi / kesimpulan) 

Macam-macam silogisme:
Silogisme Kategorial
Silogisme Katagorial adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat), dan premis minor ( premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).
Contoh :
My : Semua tumbuhan membutuhkan air.
Mn : Akasia adalah tumbuhan .
K : Akasia membutuhkan air

Silogisme Alternatif
Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh :
My : Kucing berada di dalam rumah atau di luar rumah
Mn : Kucing berada di luar rumah
K   : Jadi, kucing tidak berada di dalam rumah

Silogisme Hipotesa
Silogisme hipotesis yaitu Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.
Contoh :
My : jika tidak ada uang manusia sangat kesulitan tuk memenuhi kebutuhan hidupnya
Mn : Uang tidak ada
K   : jadi, manusia akan kesulitan tuk memenuhi kebutuhan hidupnya


b. Entimen 
E
ntimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui. 
Contoh Entimen : 
Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis


c. Rantai Deduksi
R
antai Deduksi seringkali penalaran yang deduktif dapat berlangsung lebih informal dari entimem. Orang-orang tidak berhenti pada sebuah silogisme saja, tetapi dapat pula merangkaikan beberapa bentuk silogisme yang tertuang dalam bentuk-bentuk yang informal. Yang penting dalam mata rantai deduksi ini, penulis harus mengetahui norma dasar, sehingga bila argumennya mendapat tantangan atau bila ia sendiri ragu-ragu terhadap argumen orang lain, ia dapat menguji argumen ini untuk menemukan kesalahannya dan kemudian dapat memperbaikinya, baik kesalahan itu terjadi karena induksi yang salah, entah karena premis atau konklusi-konklusi deduksi yang salah.
Contoh:
Semua lampu adalah bercahaya
Senter adalah lampu
Jadi, senter bercahaya
Lilin juga bercahaya
Obor juga bercahaya


REFERENSI :